Jumat, 27 Februari 2015

SIAPA SALAH


SINOPSIS


Cerpen ini menceritakan seorang gadis lugu yang sebenarnya belum mengenal dunia luar tentang percintaan, sampai pada akhirnya Ia menemukan seorang laki-laki yang Ia anggap mampu menjadikan hatinya berbalik 180 derajat dan berani mengambil keputusan untuk menjalin sebuah hubungan atas nama cinta yaitu pacaran.

Namun sepertinya keluguanya itu menjadikan sebab setitik masalah yang kemudian menjadi besar dan berdampak pada luka dalam hati, sehingga menjadikan dirinya kembali enggan mengenal dunia percintaan. Ia merasa enggan dan lelah dari banyaknya masalah cinta.




Aku berjalan diantara banyaknya bunga-bunga dan rerumputan, tanganku seakan tak ingin lepas membelai mesra alam ditemani segarnya udara kala itu menjadikan hati tenang, setenang alam yang membentang, aku sadar bahwa aku telah banyak kehilangan, kehilangan waktu, tenaga dan fikiran atas sebuah kisah yang ku anggap adalah perjuangan. Tapi............... ternyata itu adalah sebuah permainan yang mengatas nama kan cinta.

Mungkin kisah ku ini hanyalah segelintir dari banyak kisah luka dalam percintaan, mungkin saja banyak disana hati yang terluka, bahkan mungkin bertebaran bagaikan debu kala disapa angin. Banyak yang berjatuhan, terluka, menangis, kecewa yang terkumpul menjadi noda cinta. Sungguh sukar untuk terus dibayangkan.

Sejenak aku sadar, bahwa aku merasa terlalu banyak bergeser dari sebuah nilai, nilai yang seharusnya aku pertahankan dan ku pegang erat, dan ku letakkan yang paling depan untuk memandu ku pada jalan yang seharusnya. Namun hati terkadang terguncang untuk melepaskan nilai itu, terombang ambing seperti perahu kecil didalam lautan tanpa kemudi.

Terkadang aku pun berfikir bahwa ini adalah cara Tuhan mengajariku, terkadang aku pun menyalahkan Tuhan, aku merasa tak ada keadilan bagiku. Namun lama-lama aku sadar bahwa ini adalah salahku, ini adalah kecerobohanku, aku terpengaruh gelombang itu. Dan inilah kisah perjalananku dengan cinta pertama ku yang cukup aku jadikan pelajaran hidupku.

Kisah ini bermula dari media jejaring sosial Facebook, aku mengenalnya melalui media itu. Aku merasa bahwa aku mendapati ketenangan jiwa bersamanya, cara dia memperhatikanku, cara dia berbicara kepadaku, cara dia menyikapi diriku membuat aku merasa nyaman bersamanya, meskipun aku tak tau bagaimana dia, seperti apa raut wajah yang sebenarnya. Aku serasa ingin tertawa dengan ini semua, terlebih ini adalah yang pertama aku memberanikan diri untuk menjalin hubungan pacaran.

"Assalamu'alaikum" Inbox dia di facebook ku

"Wa'alaikumsalam" jawabku sembari bertanya-tanya siapa dia

"Terima kasih ya sudah di konfirmasi permintaan pertemananku, kenalkan nama ku Roy" Lanjut dia inbox di facebook ku

"Iya sama-sama, nama ku Dinda" jawab ku dari pertanyaan dia

"Mas Roy di mana tempat tinggalnya?" aku balik tanya kepadanya

"Aku asal lampung, tapi sekarang ada di Jakarta, Dinda sendiri?" jawab mas Roy dan tanya balik tempat tinggalku

"Oh sama berarti mas, aku dari lampung juga, lampung timur mas, tapi sekarang ada di Formosa" jawabku dengan tanpa ada yang aku tutupi karena sama-sama asal lampung.

Panjang cerita akhirnya perkenalan itu berlanjut sampai jangka waktu yang cukup lama, hampir setiap hari kami terlibat chatting dan sampai pada akhirnya kami bertukar pin blackberry. Aku mulai merasa adanya ketenangan dan rasa nyaman berkomunikasi dengan dirinya. Hampir tiap waktu sholat dan makan atau bahkan waktu tidur dia selalu ingatkan itu.

Sampai pada akhirnya kami sepakat menjalin sebuah hubungan pacaran jarak jauh, dan konyolnya aku dengan dirinya belum pernah bertemu sama sekali, ketika aku pulang pun tak ada niat untuk bertemu dengan dirinya. Ya bukan bermaksud untuk menghindar, akan tetapi sudah sama-sama berniat untuk menyelesaikan perjalanan dalam meraih cita-cita. Kami sepakat untuk bertemu menjelang pernikahan.

Proses hubungan ini berjalan selama 2 tahun, aku merasa bahwa ada teman spesial saat ini dalam hidupku, aku sungguh berharap bahwa kelak dapat bersatu dalam jalinan rumah tangga yang sah, penuh dengan berkah, kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebagaimana layaknya muda dan mudi lainnya, ketika saat kangen dengan orang tua mengingat posisiku yang sangat jauh, dia selalu ada untuk ku, memberikan semangat kepadaku bahwa dalam meraih sebuah cita-cita memang penuh dengan pengorbanan, bahkan tak jarang yang sampai meneteskan air mata, darah dan nyawa.

Mendengar kata demi kata yang dia ucapkan bagiku adalah sebuah obat, rangkaian kata-katanya memang dapat menjadikan hati tenang, apalagi memang suaranya yang selama ini ku kenal belum pernah dengan nada kasar dan keras. Kami selalu mengedepankan musyawarah dalam setiap masalah, karena kami percaya bahwa sebuah hubungan yang sehat adalah mereka yang masih tetap mau musyawarah dalam setiap masalah.

Pada akhirnya, singkat cerita...........

"Dik, kapan pulang?" tanya dia melalui line telp di BBM

"Masih lama mas, ada apa mas?" tanyaku kepadanya

"Adik kandungku mau menikah, sementara aku sendiri belum karena kita sama-sama ingin menyelesaikan apa yang kita inginkan" dengan nada lirih dia sampaikan itu

"Maaf ya mas, kalau harus seperti ini kejadiannya, mas harus didahului adik kandung mas" jawabku dengan sedikit rasa bersalah dan tak enak hati

"Tidak apa-apa dik, toh memang mas juga belum selesaikan apa yang mas inginkan, tak usah merasa bersalah" jawab dia sembari mencoba menenangkan hati ku

"Oya mas, kata orang-orang kampung, kalau didahului adik kandung menikah pasti kakaknya akan susah dapat jodoh, kebanyakan akan lama menikah" aku berikan penjelasan kepadanya yang sebenarnya itu bisa dipercaya ataupun tidak.

"Apa iya dik ?, tapi kan mas sudah sama adik, pulang nanti kita pasti langsung menikah kan?" tanya dia dengan penuh rasa heran dengan apa yang aku jelaskan.

Perbincangan itu menjadi semakin panjang lebar, meskipun Ia berpendidikan tinggi tetapi pada akhirnya dia dapat mempercayai apa yang jadi kepercayaan masayarakat bila mana seorang kakak didahului adiknya menikah maka akan susah menemukan jodoh. Dan pada akhirnya mas Roy meminta saran kepada ku, sepertinya dia sudah mulai pusing memikirkan masalah itu.

"Mas, kalau didaerahku, setiap kakak yang didahalui adiknya menikah maka kakaknya itu harus nikah siri, entah dengan siapapun itu yang penting perempuan, meskipun masih dibwah umur tidak apa-apa karena hanya syarat" jelasku kepada mas Roy

"What !, itu gak mungkin, itu mitos, mas baru dengar kepercayaan semacam itu" jawab mas Roy sembari tak percaya dengan semua itu.

"Tapi mas memang seperti yang banyak terjadi, aku sendiri tidak tau yang sebenarnya, percaya tidak percaya itu yang banyak terjadi dilingkungan masyarakat" tegasku kepada mas Roy

"Lalu apa yang harus mas lakukan?" tanya mas Roy karena sepertinya sudah merasa bingung

"Ya mas ikuti saran adik tadi, nikah siri terserah dengan siapapun itu, hanya untuk syarat kok, nanti kalau kita sudah sama-sama selesai kita bisa wujudkan cita-cita kita untuk menikah" jawabku memberikan penjelasan

Dan pada akhirnya mas Roy mengikuti saran itu, mas Roy pulang ke Lampung seminggu menjelang pernikahan adiknya, sesampainya dirumah ternyata sudah disiapkan seorang gadis yang merupakan tetangga dari mas Roy sendiri. Gadis yang memang sudah dewasa, sudah selayaknya untuk membina rumah tangga, mungkin seusia ku saat ini.

Pernikahan siri pun terjadi dan selepas semua selesai, pernikahan adik mas Roy pun terlaksana, mas Roy kembali ke Jakarta untuk meneruskan kuliah pasca sarjananya. Dan kami tetap meneruskan hubungan pacaran seperti biasanya, komunikasi tetap seperti biasa dan tidak ada yang berubah sama sekali.

Namun semakin lama, mas Roy mulai bercerita kepada ku bahwa setiap kali Ia pulang ke lampung, istri siri mas Roy selalu ada dirumah mas Roy, istri sirinya selalu memberikan perhatian, kemanapun mas Roy pergi Ia selalu mengikutinya, istri siri mas Roy terus mendekati orang tua dari mas Roy, mungkin saja istri siri mas Roy memang benar-benar telah jatuh cinta.

Mendengarkan cerita itu, hati ini menjadi tersayat-sayat serasa tak mau merelakan semua ini terjadi, menyesal itu sudah pasti. Namun karena semua ini telah terjadi, aku mencoba untuk bersikap tegar meskipun sebenarnya hal ini sangatlah sakit bagiku. Kerap kali aku menangis atas semua kejadian ini. Waktu yang terus bergulir dan komunikasi ku dengan mas Roy mulai tersendat, tak seperti biasanya. Diwaktu-waktu tertentu dimana mas Roy memberikan kabar dan mengingatkan aku untuk makan dan sholat pun sudah jarang aku temui. Menunggu waktu-waktu itu adalah rasa sakit bagiku.

Sampai pada akhirnya aku sadar bahwa sesungguhnya cara ini adalah salah, aku sadar bahwa ini bukanlah jalan yang seharusnya aku tempuh bersamanya, kepercayaan masyarakat telah menjadikan aku salah dalam mengambil keputusan. Kini tidak banyak yang dapat aku lakukan, terkadang aku berfikir egois untuk dapat bersama mas Roy, tetapi hal itu ditepiskan oleh sadarku bahwa istri siri mas Roy adalah sah, dan aku yang salah.

Aku sadar bahwa aku tidak boleh mengganggu kebahagiaan mereka yang telah disahkan secara agama, sementara aku kini hanya tinggal kenangan semata. Komunikasi lambat laun menghilang dengan sendirinya dan aku tetap bersyukur bahwa kesalahanku cepat aku sadari sehingga tak berkepanjangan. Aku sadar sepenuhnya bahwa jodoh ditangan Tuhan, manusia hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa.

Kejadian itu sungguh membuat aku mampu mengkoreksi setiap kesalahan yang pernah aku lakukan, dunia pacaran sepertinya memang bukanlah dunia ku, secepat mungkin aku harus belajar istiqomah mendekatkan diri kepada Tuhan, hingga pada akhirnya nanti aku telah siap untuk membina rumah tangga dan menemukan lelaki yang Tuhan siapkan untuk ku, menjadi pendamping dan pembimbing bagiku untuk mendekatkan diri ini kepada Sang Pencipta.

Ini adalah kisah cinta pertama ku, sungguh sebenarnya menyakitkan bagiku, tapi aku harus terima ini sebagai pelajaran penting bagiku untuk lebih memaknai hidup, memahami setiap kejadian, mengerti setiap peraturan, kini siapa yang salah?; akulah yang salah yang tak mampu membedakan kebenaran jalan. Semoga Tuhan mengampuni aku. Aamiin.



<< Sekian>>

Slamet Supriadi 28 Februari 2015
Thanks To Aetik

0 komentar:

Posting Komentar