Sabtu, 28 Februari 2015

MISTERI KOTA KARANG-GUNUNG TAPA


Desa Kota Karang adalah sebuah desa dimana penulis dan beberapa keluarga lainnya dibesarkan, bahkan disana adalah desa tempat adik bungsu dari penulis dilahirkan, desa Kota Karang adalah sebuah desa yang selama penulis ketahui hingga usia saat ini 25 tahun belum jelas tentang status resmi atau tidaknya. Karena hingga saat ini status kepemilikan tanah yang belum jelas.

Desa Kota Karang bersebelahan dengan Desa Gunung Tapa, desa yang tanahnya berpasir putih masih banyak ditemui semak belukar dan beberapa pepohonan besar dan tua. Sementara desa Gunung Tapa yang merupakan desa pribumi yang banyak terdapat gundukan tanah seperti bukit. Hal ini memang nampak menjadi suatu desa yang penuh dengan misteri. Ya sangat layak bila kita beranggapan demikian karena penulis sendiri beberapa kali melihat penampakan yang sangat mengejutkan.

Berbicara soal misteri desan Kota Karang dan Gunung Tapa tentu akan menarik karena memang cerita ini sungguh diangkat dari kejadian nyata yang terjadi terhadap keluarga penulis. Persisnya terjadi terhadap keluarga paman dan sepupu penulis yang disamarkan nama-nya.

Beberapa bulan lalu, terjadi suatu peristiwa mistis dimana Iyan yang saat ini usianya sudah hampir 19 tahun, adalah anak ke-3 dari bibi (bibi adalah adik ke-2 dari Ayah penulis) menurut keyakinan keluarga dan masyarakat sekitar yang dirasuki arwah bayi prematur dari paman Romi dan istrinya yang diberi nama kliwon tapi menurut penulis dan guru penulis adalah jin yang mempunyai niat buruk terhadap manusia.

Pada suatu malam Iyan tiba-tiba tak sadarkan diri dan tak lama kemudian mengeram selayaknya manusia yang sedang kerasukan jin atau setan, sesaat setelah itu Iyan yang dibawah kendali dari arwah bayi prematur dari paman Romi mengatakan demikian "Kasihan rumah kakek dan nenek kebocoran dan kepanasan" ucap Iyan kepada keluarga.

Yang dimaksud rumah kakek dan nenek adalah makam kakek dan nenek kami yang memang belum dibuat secara permanen, makam itu hanya ditandai oleh maisan dan batu-batu serta beberapa tanaman bunga yang masih tumbuh subur. Setelah mengucapkan hal tersebut, lalu Iyan yang dibawah kendali arwah tersebut meminta untuk bertemu dengan paman Romi dan istrinya, Iyan menuturkan kangen dengan orang tuanya.

"Ini Bapak dan Ibu nak, nanti Bapak dan Ibu pasti benahi rumah kakek dan nenek, karena memang kami sudah ada rencana untuk memperbaiki rumah kakek dan nenek" tutur paman Romi setelah sampai dirumah bibi.

"Aku pengen peluk ibu, aku kangen dengan ibu" celetuk Iyan yang masih dibawah kendali arwah kliwon dan sampai akhirnya Iyan kembali sadar

Pada akhirnya hal ini terus terjadi sampai saat makam kakek dan nenek telah kami perbaiki. Kami berharap bahwa kejadian ini tak terulang kembali, namun ternyata semua itu justru semakin menjadi-jadi. Iyan yang begitu seringnya dirasuki oleh kliwon meminta banyak hal yang sungguh hal itu mejadi semakin membuat kami bingung dan tak jarang kami dibuat kesal olehnya.

Ada banya pendapat warga mengatakan bahwa yang pertama merasuki tubuh Iyan yang memberi peringatan kepada keluarga untuk merapihkan dan mengurus makam kakek dan nenek almarhum itu adalah benar arwah dari kliwon namun setelah itu adalah jin yang kemudian memanfaatkan keadaan itu menjadi semakin runyam, Namun, ada juga yang berpendapat bahwa dari sejak awal adalah perbuatan jin yang sengaja untuk menyesatkan.

Singkat cerita...............

Suatu hari Iyan kembali dalam kendali kliwon dan saat itu Ia meminta untuk bertemu sepupu dari anak bibi (bibi adalah adik ke-3 dari Ayah penulis), dan permintaan itu pun dituruti, diajaknya Rahma untuk bertemu dengan Iyan.

"Aku kangen dengan saudara ku ini, hanya ayuk Rahma yang masih memiliki pikiran suci dan bersih" tutur Iyan saat masih dibawah kendali kliwon

"Iya ini memang ayuk mu, jangan diapa-apakan ya" tutur bibi kepada Iyan

Peristiwa ini terus berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama, permintaan Iyan ketika sedang dibawah kendali kliwon bila tak dituruti semakin lama semakin menjadi, bahkan sering sekali kliwon mengancam untuk membawa Iyan pergi ke alam ghoib yang tak satupun dapat menghalangi. Hal ini tentu saja menjadikan keluarga semakin resah sampai akhirnya paman Romi memiliki inisiatif untuk mencari ahli spiritual untuk dapat mengatasi kejadian ini.

Dan suatu hari saat kliwon kembali merasuki tubuh Iyan, kali ini Ia membeikan kejutan dengan menyampaikan bahwa ditengah semak belukar dan pepohonan besar yang ada di desa Gunung Tapa terdapat harta karun yang berisi emas. Ia menuturkan emas itu harus digunakan untuk kesejahteraan keluarga dan membantu orang yang susah serta untuk membangun masjid.

Iya dibawah kendali kliwon menuturkan bahwa harta karun itu hanya bisa diambil berdua dengan sepupu yang bernama Rahma karena hanya Rahma lah yang memiliki fikiran suci tidak seperti saudara yang lain. Tapi yang membuat janggal adalah ketika dipertemukan dengan Rahma, Iyan selalu memeluk dan mencium Rahma. Tentu hal ini mencurigakan bagi kami.

Sampai pada akhirnya saya sendiri yang mengkonsultasikan kejadian ini kepada guru spiritual yang mana beliau adalah seorang ustad dan beliau mengatakan bahwa keadaan harta karun sebenarnya adalah sebuah kebohongan belaka, hal ini terbukti dengan apa yang pernah ditemukan beliau berupa emas batangan, namun saat di cek di laboratorium ternyata hanyalah besi kuningan biasa. Beliau cenderung beranggapan bahwa ada kelainan syaraf terhadap Iyan atau mungkin memang jin telah memanfaatkan keadaan untuk menyesatkan keluarga.

Sementara itu kejadian ini masih tetap berlangsung dimana Iyan bersi keras untuk mengambil harta karun itu bedua dengan Rahma. Namun keluarga melarang karena berfikir bahwa Iyan dibawah kendali kliwon, keluarga khawatir akan keselamatan Rahma. Dan keluarga mengambil kesimpulan untuk menahan Rahma agar tidak datang memenuhi permintaan Iyan saat Iyan dibawah kendali kliwon.

Singkat cerita.............

Iyan yang kembali dalam kendali kliwon menentukan hari dan waktu dimana Ia akan mengambil harta karun itu bersama Rahma, tepatnya setelah maghrib Iyan dan Rahma akan mengambil harta karun itu tanpa ada satu pun keluarga lainnya yang boleh ikut. 

"Tidak, aku tidak mau ikut Iyan kehutan, biar aku hidup miskin dengan kerja keras daripada berhayal dan membahayakan diriku sendiri" tegas Rahma menanggapi apa yang direncanakan kliwon

"Benar apa kata Rahma, biarkan saja dan tidak perlu kita hiraukan semua ini, karena semua ini hanya akan menjadikan masalah baru dalam keluarga ini" sahut Bibi( Ibu Rahma)

Dan pada akhirnya kisah ini berakhir dengan sendirinya seiring dengan berjalan waktu, pada akhirnya keyakinan kami bahwa jika ini tidak kita turuti maka tidak akan berkepanjangan. Dari hal ini telah memberikan pesan bahwa sudah menjadi sumpah setan dan jin untuk menyesatkan manusia agar mereka mendapatkan teman.

Mengenai harta karun itu masih menjadi misteri, entah benar entah salah tidak ada yang tau akan semua itu. Tapi menurut beberapa orang yang berpengalaman tentang hal itu meyakinkan kami bahwa harta karun tidaklah ada. Ini hanya cara setan dan jin agar manusia tunduk dan menuruti keinginannya. Untuk itu lawanlah apa yang menjadi rencana setan dan jin itu.

Dan inilah segilintir kisah mistis yang terjadi secara nyata didalam keluarga kami. Kami berharap bahwa tidak akan terjadi lagi kisah mistis yang dapat merugikan keluarga kami. Demikian sepenggal kisah mistis semoga dapat menjadikan pelajaran berharga.



<< Sekian>>


Slamet Supriadi, 28 Februari 2015


Jumat, 27 Februari 2015

SIAPA SALAH


SINOPSIS


Cerpen ini menceritakan seorang gadis lugu yang sebenarnya belum mengenal dunia luar tentang percintaan, sampai pada akhirnya Ia menemukan seorang laki-laki yang Ia anggap mampu menjadikan hatinya berbalik 180 derajat dan berani mengambil keputusan untuk menjalin sebuah hubungan atas nama cinta yaitu pacaran.

Namun sepertinya keluguanya itu menjadikan sebab setitik masalah yang kemudian menjadi besar dan berdampak pada luka dalam hati, sehingga menjadikan dirinya kembali enggan mengenal dunia percintaan. Ia merasa enggan dan lelah dari banyaknya masalah cinta.




Aku berjalan diantara banyaknya bunga-bunga dan rerumputan, tanganku seakan tak ingin lepas membelai mesra alam ditemani segarnya udara kala itu menjadikan hati tenang, setenang alam yang membentang, aku sadar bahwa aku telah banyak kehilangan, kehilangan waktu, tenaga dan fikiran atas sebuah kisah yang ku anggap adalah perjuangan. Tapi............... ternyata itu adalah sebuah permainan yang mengatas nama kan cinta.

Mungkin kisah ku ini hanyalah segelintir dari banyak kisah luka dalam percintaan, mungkin saja banyak disana hati yang terluka, bahkan mungkin bertebaran bagaikan debu kala disapa angin. Banyak yang berjatuhan, terluka, menangis, kecewa yang terkumpul menjadi noda cinta. Sungguh sukar untuk terus dibayangkan.

Sejenak aku sadar, bahwa aku merasa terlalu banyak bergeser dari sebuah nilai, nilai yang seharusnya aku pertahankan dan ku pegang erat, dan ku letakkan yang paling depan untuk memandu ku pada jalan yang seharusnya. Namun hati terkadang terguncang untuk melepaskan nilai itu, terombang ambing seperti perahu kecil didalam lautan tanpa kemudi.

Terkadang aku pun berfikir bahwa ini adalah cara Tuhan mengajariku, terkadang aku pun menyalahkan Tuhan, aku merasa tak ada keadilan bagiku. Namun lama-lama aku sadar bahwa ini adalah salahku, ini adalah kecerobohanku, aku terpengaruh gelombang itu. Dan inilah kisah perjalananku dengan cinta pertama ku yang cukup aku jadikan pelajaran hidupku.

Kisah ini bermula dari media jejaring sosial Facebook, aku mengenalnya melalui media itu. Aku merasa bahwa aku mendapati ketenangan jiwa bersamanya, cara dia memperhatikanku, cara dia berbicara kepadaku, cara dia menyikapi diriku membuat aku merasa nyaman bersamanya, meskipun aku tak tau bagaimana dia, seperti apa raut wajah yang sebenarnya. Aku serasa ingin tertawa dengan ini semua, terlebih ini adalah yang pertama aku memberanikan diri untuk menjalin hubungan pacaran.

"Assalamu'alaikum" Inbox dia di facebook ku

"Wa'alaikumsalam" jawabku sembari bertanya-tanya siapa dia

"Terima kasih ya sudah di konfirmasi permintaan pertemananku, kenalkan nama ku Roy" Lanjut dia inbox di facebook ku

"Iya sama-sama, nama ku Dinda" jawab ku dari pertanyaan dia

"Mas Roy di mana tempat tinggalnya?" aku balik tanya kepadanya

"Aku asal lampung, tapi sekarang ada di Jakarta, Dinda sendiri?" jawab mas Roy dan tanya balik tempat tinggalku

"Oh sama berarti mas, aku dari lampung juga, lampung timur mas, tapi sekarang ada di Formosa" jawabku dengan tanpa ada yang aku tutupi karena sama-sama asal lampung.

Panjang cerita akhirnya perkenalan itu berlanjut sampai jangka waktu yang cukup lama, hampir setiap hari kami terlibat chatting dan sampai pada akhirnya kami bertukar pin blackberry. Aku mulai merasa adanya ketenangan dan rasa nyaman berkomunikasi dengan dirinya. Hampir tiap waktu sholat dan makan atau bahkan waktu tidur dia selalu ingatkan itu.

Sampai pada akhirnya kami sepakat menjalin sebuah hubungan pacaran jarak jauh, dan konyolnya aku dengan dirinya belum pernah bertemu sama sekali, ketika aku pulang pun tak ada niat untuk bertemu dengan dirinya. Ya bukan bermaksud untuk menghindar, akan tetapi sudah sama-sama berniat untuk menyelesaikan perjalanan dalam meraih cita-cita. Kami sepakat untuk bertemu menjelang pernikahan.

Proses hubungan ini berjalan selama 2 tahun, aku merasa bahwa ada teman spesial saat ini dalam hidupku, aku sungguh berharap bahwa kelak dapat bersatu dalam jalinan rumah tangga yang sah, penuh dengan berkah, kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebagaimana layaknya muda dan mudi lainnya, ketika saat kangen dengan orang tua mengingat posisiku yang sangat jauh, dia selalu ada untuk ku, memberikan semangat kepadaku bahwa dalam meraih sebuah cita-cita memang penuh dengan pengorbanan, bahkan tak jarang yang sampai meneteskan air mata, darah dan nyawa.

Mendengar kata demi kata yang dia ucapkan bagiku adalah sebuah obat, rangkaian kata-katanya memang dapat menjadikan hati tenang, apalagi memang suaranya yang selama ini ku kenal belum pernah dengan nada kasar dan keras. Kami selalu mengedepankan musyawarah dalam setiap masalah, karena kami percaya bahwa sebuah hubungan yang sehat adalah mereka yang masih tetap mau musyawarah dalam setiap masalah.

Pada akhirnya, singkat cerita...........

"Dik, kapan pulang?" tanya dia melalui line telp di BBM

"Masih lama mas, ada apa mas?" tanyaku kepadanya

"Adik kandungku mau menikah, sementara aku sendiri belum karena kita sama-sama ingin menyelesaikan apa yang kita inginkan" dengan nada lirih dia sampaikan itu

"Maaf ya mas, kalau harus seperti ini kejadiannya, mas harus didahului adik kandung mas" jawabku dengan sedikit rasa bersalah dan tak enak hati

"Tidak apa-apa dik, toh memang mas juga belum selesaikan apa yang mas inginkan, tak usah merasa bersalah" jawab dia sembari mencoba menenangkan hati ku

"Oya mas, kata orang-orang kampung, kalau didahului adik kandung menikah pasti kakaknya akan susah dapat jodoh, kebanyakan akan lama menikah" aku berikan penjelasan kepadanya yang sebenarnya itu bisa dipercaya ataupun tidak.

"Apa iya dik ?, tapi kan mas sudah sama adik, pulang nanti kita pasti langsung menikah kan?" tanya dia dengan penuh rasa heran dengan apa yang aku jelaskan.

Perbincangan itu menjadi semakin panjang lebar, meskipun Ia berpendidikan tinggi tetapi pada akhirnya dia dapat mempercayai apa yang jadi kepercayaan masayarakat bila mana seorang kakak didahului adiknya menikah maka akan susah menemukan jodoh. Dan pada akhirnya mas Roy meminta saran kepada ku, sepertinya dia sudah mulai pusing memikirkan masalah itu.

"Mas, kalau didaerahku, setiap kakak yang didahalui adiknya menikah maka kakaknya itu harus nikah siri, entah dengan siapapun itu yang penting perempuan, meskipun masih dibwah umur tidak apa-apa karena hanya syarat" jelasku kepada mas Roy

"What !, itu gak mungkin, itu mitos, mas baru dengar kepercayaan semacam itu" jawab mas Roy sembari tak percaya dengan semua itu.

"Tapi mas memang seperti yang banyak terjadi, aku sendiri tidak tau yang sebenarnya, percaya tidak percaya itu yang banyak terjadi dilingkungan masyarakat" tegasku kepada mas Roy

"Lalu apa yang harus mas lakukan?" tanya mas Roy karena sepertinya sudah merasa bingung

"Ya mas ikuti saran adik tadi, nikah siri terserah dengan siapapun itu, hanya untuk syarat kok, nanti kalau kita sudah sama-sama selesai kita bisa wujudkan cita-cita kita untuk menikah" jawabku memberikan penjelasan

Dan pada akhirnya mas Roy mengikuti saran itu, mas Roy pulang ke Lampung seminggu menjelang pernikahan adiknya, sesampainya dirumah ternyata sudah disiapkan seorang gadis yang merupakan tetangga dari mas Roy sendiri. Gadis yang memang sudah dewasa, sudah selayaknya untuk membina rumah tangga, mungkin seusia ku saat ini.

Pernikahan siri pun terjadi dan selepas semua selesai, pernikahan adik mas Roy pun terlaksana, mas Roy kembali ke Jakarta untuk meneruskan kuliah pasca sarjananya. Dan kami tetap meneruskan hubungan pacaran seperti biasanya, komunikasi tetap seperti biasa dan tidak ada yang berubah sama sekali.

Namun semakin lama, mas Roy mulai bercerita kepada ku bahwa setiap kali Ia pulang ke lampung, istri siri mas Roy selalu ada dirumah mas Roy, istri sirinya selalu memberikan perhatian, kemanapun mas Roy pergi Ia selalu mengikutinya, istri siri mas Roy terus mendekati orang tua dari mas Roy, mungkin saja istri siri mas Roy memang benar-benar telah jatuh cinta.

Mendengarkan cerita itu, hati ini menjadi tersayat-sayat serasa tak mau merelakan semua ini terjadi, menyesal itu sudah pasti. Namun karena semua ini telah terjadi, aku mencoba untuk bersikap tegar meskipun sebenarnya hal ini sangatlah sakit bagiku. Kerap kali aku menangis atas semua kejadian ini. Waktu yang terus bergulir dan komunikasi ku dengan mas Roy mulai tersendat, tak seperti biasanya. Diwaktu-waktu tertentu dimana mas Roy memberikan kabar dan mengingatkan aku untuk makan dan sholat pun sudah jarang aku temui. Menunggu waktu-waktu itu adalah rasa sakit bagiku.

Sampai pada akhirnya aku sadar bahwa sesungguhnya cara ini adalah salah, aku sadar bahwa ini bukanlah jalan yang seharusnya aku tempuh bersamanya, kepercayaan masyarakat telah menjadikan aku salah dalam mengambil keputusan. Kini tidak banyak yang dapat aku lakukan, terkadang aku berfikir egois untuk dapat bersama mas Roy, tetapi hal itu ditepiskan oleh sadarku bahwa istri siri mas Roy adalah sah, dan aku yang salah.

Aku sadar bahwa aku tidak boleh mengganggu kebahagiaan mereka yang telah disahkan secara agama, sementara aku kini hanya tinggal kenangan semata. Komunikasi lambat laun menghilang dengan sendirinya dan aku tetap bersyukur bahwa kesalahanku cepat aku sadari sehingga tak berkepanjangan. Aku sadar sepenuhnya bahwa jodoh ditangan Tuhan, manusia hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa.

Kejadian itu sungguh membuat aku mampu mengkoreksi setiap kesalahan yang pernah aku lakukan, dunia pacaran sepertinya memang bukanlah dunia ku, secepat mungkin aku harus belajar istiqomah mendekatkan diri kepada Tuhan, hingga pada akhirnya nanti aku telah siap untuk membina rumah tangga dan menemukan lelaki yang Tuhan siapkan untuk ku, menjadi pendamping dan pembimbing bagiku untuk mendekatkan diri ini kepada Sang Pencipta.

Ini adalah kisah cinta pertama ku, sungguh sebenarnya menyakitkan bagiku, tapi aku harus terima ini sebagai pelajaran penting bagiku untuk lebih memaknai hidup, memahami setiap kejadian, mengerti setiap peraturan, kini siapa yang salah?; akulah yang salah yang tak mampu membedakan kebenaran jalan. Semoga Tuhan mengampuni aku. Aamiin.



<< Sekian>>

Slamet Supriadi 28 Februari 2015
Thanks To Aetik

Kamis, 26 Februari 2015

RISE

Sinopsis



RISE adalah sebuah kisah motivasi dari seorang remaja putri yang penuh dengan semangat juang untuk berhasil menjadi seorang pelajar setelah mengalami banyak cobaan dan terpuruk dalam peliknya kehidupan, dalam cercaan rekan-rekan sekolahnya.

Kebangkitan remaja putri yang bernama Fifi inilah yang kemudian menjadikan semua orang sadar bahwa tidak ada yang pantas untuk disombongkan meskipun dalam keadaan berada, serba cukup atau bahkan bergelimangan harta.

Fifi yang pada akhirnya mampu menunjukan dirinya memiliki kemampuan untuk dapat sukses menjadi pelajar dan mampu menjadi contoh yang sangat patut ditiru ditengah-tengah banyaknya permasalahan para generasi muda saat ini.




Pagi itu begitu indah, cerah, udara sangat sejuk, sungguh serasa alam memeluk erat diri ini, aku sendiri merasa bahagia meskipun sebenarnya dipundak ku ada banyak beban yang masih saja menempel, sebenarnya aku ingin sekali menaruh beban ini, serasa tidak mampu. Namun, aku percaya bahwa sesungguhnya Tuhan tidak memberikan cobaan melainkan yang mampu untuk dijalani oleh hamba-Nya.

Inilah kisah hidupku dimana aku harus terus berjalan menatap kedepan, masih banyak yang harus aku selesaikan, masih banyak yang harus aku hadapi. Peliknya kehidupan ini semata-mata adalah ujian, baik dan buruknya semua tersirat sebuah pelajaran berharga.

"Teng teng teng......!" bel sekolah telah berbunyi pertanda bahwa kegiatan belajar akan segera dimulai. Namun dengan nafas terengah-engah aku berlari menuju sekolah yang sebenarnya tidak jauh lagi. Tapi karena rasa takutku kepada Guru sehingga aku terus saja bergegas masuk kedalam kelas. Dan sesampainya di kelas; "Huuuuuuuuuuuuu" sambut teman-teman sekelasku karena lagi-lagi aku terlambat masuk kelas.

"Fifi kenapa terlambat lagi?" tanya Guru ku yang bernama Bapak Suyanto

"Maaf pak Saya kesiangan lagi" jawabku sambil merasa takut telah melanggar disiplin kelas pak Yanto.

Pak Yanto sendiri adalah seorang Guru yang tegas, jika seorang siswa pantas mendapatkan hukuman maka akan benar-benar dihukum. Sama seperti aku yang hampir setiap pertemuan dengan pelajaran beliau, aku selalu mendapatkan hukuman dari beliau.

"Fifi silahkan berdiri didepan sembari memegang kedua telinga sampai pelajaran bapak selesai satu jam mendatang!" terus pak Yanto memberikan hukuman

"Emang enak ya dihukum terus!" sahut temenku Lia yang memang sedikit sinis karakternya

Aku hanya bisa diam dan menjalani hukuman itu, tapi aku masih bisa memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh pak Yanto, meskipun aku tidak bisa mencatat didalam buku, tapi setidaknya aku masih bisa mencatat nanti sepulang dari sekolah ku.

Satu jam berlalu akhirnya kelas diistirahatkan selama 15 menit. Dengan berjalan keluar semua teman-temanku mengejek aku yang sedang mendapat hukuman. Aku sendiri belum berani menurunkan kaki dan tanganku yang memegang telinga sebelum mendapatkan perintah dari pak Yanto.

"Huuuu dasar tukang telat, rasain Lu" celoteh teman-teman tepat diwajah ku. Hal ini sebenarnya membuat aku semakin merasa bersalah, kadang berfikir sampai kapan tidak dihukum? tapi......... aku hanya bisa berangan-angan seolah aku belum menemukan sebuah keyakinan yang cukup mampu bagiku untuk bangkit membangun semua ini menjadi lebih baik.

"Fifi kemari !" perintah pak Yanto kepada ku

"Iya pak" sahutku kepada pak Yanto

"Silahkan duduk Fifi!" tegas pak Yanto untuk mempersilahkan aku duduk

"Begini Fifi, bapak perhatikan sejauh ini kamu sering telah, nilai mu juga semakin menurun, kalau ini kamu biarkan terus menerus, maka ini akan merugikan dirimu sendiri. Tidakkah kamu mau berupaya untuk memperbaiki ini semua? ada apa sebenarnya?" tanya pak Yanto kepada ku

"Iya pak Saya usahakan untuk memperbaiki semua" jawabku dengan nada lirih tak berani memandang wajah pak Yanto.

Saat berjalan pulang aku terus memikirkan akan kejadian demi kejadian yang aku alami, aku terus berfikir sampai kapan akan terus begini, tentu saja nilai ku serta kelulusanku nanti akan terancam jika aku terus begini, aku mengerjakan satu hal tapi aku juga mengorbankan satu hal penting. Akhirnya rasa lelahku berfikir berpengaruh terhadap fisik ku, aku sejenak berhenti di diperjalanan pulang sembari melihat anak-anak yang riang berenang disungai.

Aku kembali meneruskan perjalananku untuk pulang, banyak hal yang harus segera aku lakukan demi sebuah keberlangsungan. Aku ingat pesan ayah untuk tetap tegap berjalan menapaki jalan kehidupan yang berliku, yakin bahwa penderitaan tidaklah lama, semua ada masanya dimana semua akan berakhir. Semua akan berakhir.

Keesokan harinya...........

"Hah jam berapa ini, aduh pasti telat lagi" aku yang bergumam karena melihat jam ternyata sudah seharusnya aku berangkat sekolah, tapi aku malah baru bersiap-siap. Dan ternyata akupun lupa bahwa ada tugas-tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Pagi ini adalah jam pelajaran pak Yanto lagi, pasti akan kena hukuman lagi.

Namun ternyata sesampainya disekolah, pak Yanto tidak hadir karena ada urusan mendadak dimana pak Yanto harus pulang kampung selama beberap hari, padahal kami sangat membutuhkan pak Yanto mengingat pelajaran beliau adalah pelajaran yang sangat penting dan berpengaruh. Aku sesampainya dikelas hanya duduk berdua dengan Rita, membaca buku dan terkadang kami selingi dengan ngbrol santai. Karena Rita adalah teman didalam kelasku yang mempunyai sifat netral dan bijaksana.

"Sering telat, kadang juga ngantuk dikelas" Celoteh Rianti seolah menyindir aku

"Jangan-jangan gak bener tuh dia" sahut Fera dengan nada lirik berbisik-bisik kepada Rianti

Aku hanya bisa diam dan tersenyum dengan semua itu, Rita yang memegang pundak ku seakan memberikan isyarat agar aku tetap sabar menghadapi celotehan mereka, agar aku tidak boleh larut dalam suasana dan cenderung tidak bisa mengontrol emosi ku. Karena memang harus ada pembeda agar semua menjadi tenang, jika saja aku terbawa emosi pastinya tidak ada bedanya antara aku dan mereka. Aku harus sadar sepenuhnya bahwa mereka tidak mengerti bagaimana aku dan apa yang aku lakukan sehingga aku menjadi seperti ini.

Pada jam istrirahat aku dan Rita duduk berdua menepi dari keramaian teman-teman yang lain. Seakan kami menikmati persahabatan ditengah-tengah cercaan teman-teman. Kami duduk disebuah kursi panjang sembari mengayun-ayunkan kaki kami bercerita dan bercanda berdua.

"Pernah memikirkan tentang mereka?" tanya Rita kepada ku

"Itu pasti" jawabku sembari tersenyum kepada Rita

"Tidak terfikir untuk membalas atau membela diri?" terus Rita bertanya kepada ku

"Generasi sekarang ini memang seperti itulah, terlalu cepat menghakimi tanpa sedikitpun tau tentang aku yang sebenarnya" jawab ku atas pertanyaan Rita

"Tapi mereka pun harus sesekali diberi teguran" sahu Rita seolah menyayangkan kejadian yang sering aku alami

"Dengan apa? Judge Them atau anarki? Rita, dunia itu sangatlah luas terutama bagi para pemaaf, dan pasti akan menjadi terasa sempit bagi para pendendam, dunia akan terasa lapang bagi orang-orang yang mampu meminta maaf dan dunia terasa lapang bagi pemberi maaf" jawabku dari pertanyaan Rita karena aku tak mau terbawa suasana yang semakin sulit

Dan waktu pulang aku berjalan bersama Rita, bercanda ria sembari bermain-main ditepi sungai, disitulah kami banyak berfikir dan mulai menemukan semangat baru untuk bangkit, kami selalu pulang bersama, menyempatkan diri untuk belajar disebuah gubuk dekat sungai dengan hamparan tanaman padi yang luas nan hijau.

Sesampainya dirumah aku bergegas melakukan kegiatan keseharianku, dan aku lanjutkan belajar sampai larut malam, tak jarang aku tertidur ditengah-tengah tumpukan buku mengingat 1 bulan lagi aku akan menghadapi ujian. Hal terberat yang harus aku lakukan dimana aku aku dituntut oleh dua hal. Sementara ibuku terlihat lelah dan butuh istirahat cukup semenjak ibu sakit.

Sebulan kemudian.............

"Baik anak-anak sekalian, kita sudah tiba pada masa dimana kita akan mengumumkan lulusan terbaik kita tahun ini" ucap pak Yanto yang mewakili Kepala Sekolah

"Wah pasti aku ya pak yang terbaik" sahut Lia dengan nada lantang, hal itu sontak membuat rekan-rekan meneriaki Lia karena sudah bersikap over percaya diri didepan semua guru.

"Baik tenang-tenang, bapak akan beritahukan dari urutan ke-3 terlebih dahulu. Juara ke-3 jatuh kepada laki-laki yaitu Wayan" terus pak Yanto memberikan pengumuman

Mendengar itu siswa bersorak memberikan selamat kepada Wayan atas prestasi yang telah Ia peroleh. Pak Yanto melanjutkan memberikan pengumuman juara ke-2 yang jatuh kepada Rita yang memang dari kelas satu dikenal sebagai siswi berprestasi. Semua rekan-rekan berteriak gembira memberikan selamat kepada Rita.

"Baik tenang.... Untuk juara pertama jatuh kepada Fifi" tegas pak Yanto. Namun mendengar itu semua rekan-rekan terdiam seolah-olah tak percaya.

"Tidak mungkin lah pak dia juara pertama, bapak salah baca mungkin" Sahut teman-teman

"Ini sudah dilakukan penilaian sesuai dengan apa yang kalian peroleh dari hasil kerja kalian masing-masing, tidak ada kecurangan disini" tegas pak Yanto.

Selanjutnya kegiatan dilaksanakan dengan memberikan hadiah atas prestasi yang kami peroleh. Hadiah diberikan mulai dari juara ke-3, juara ke-2 dan juara pertama. Namun saat aku hendak meninggalkan podium pak Yanto memanggil dan bertanya "Fifi, tunggu sebentar nak, selama ini kan kita sama-sama tahu bahwa kamu sering telat, jarang mengerjakan tugas sekolah, tapi saat ini kamu memberikan kejutan bahwa kamu bisa menjadi lulusan terbaik, bisakah kamu jelaskan apa sebenarnya sebab kamu sering telat?" tanya pak Yanto kepada ku

Dan dengan rasa tenang dijiwa aku mulai menjawab pertanyaan pak Yanto; " Maaf pak sebelumnya, dan kepada semuanya mungkin kalian berfikir negatif tentang semua ini, mungkin ini hanya sebuah kebetulan ataukah memang anugerah dari sebuah upaya. Sejak meninggalnya ayahku, menjadikan aku harus berbagi waktu mencari uang, karena keadaan ibu yang memang sering sakit" jawabku dari pertanyaan pak Yanto

"Emmm kenapa Fifi tidak sampaikan kepada pihak sekolah, kan pihak sekolah akan membantu Fifi jika keadaannya seperti itu?" tanya pak Yanto kepada ku

"Maaf pak Saya tidak ingin melemahkan diri sendiri, meskipun dengan terbata-bata tapi itulah sebuah proses, proses untuk mendewasakanku, bukankah ini masalah generasi kita yang terlalu merendahkan diri sendiri dan terlambat menyadari" tegasku kepada pak Yanto

Sontak hal ini menjadikan rekan-rekan ku semua serasa sadar dan mereka mendatangi aku, memeluk aku, bahkan tak sedikit yang menangis dipelukanku. Hari itu sungguh serasa lengkap kebahagiaanku, aku yang sering telah, jarang mengerjakan tugas sekolah karena harus membuat berbagai olahan makanan untuk dijual demi keberlangsungan hidup dan pendidikanku. Aku bersyukur karena masa sulit itu berakhir, dimana semua temanku dapat kembali pada pelukanku.



<<Sekian>>


Pengarang : Slamet Supriadi dikembangkan 27 Februari 2015


RIRI AND THE SHI


Sinopsis


Riri and the Shi adalah sebuah cerita misteri dari seorang gadis kecil bersama bonekanya yang bernama Shi, dimana Shi sendiri berarti misteri/kematian. Cerita ini bermula dari pembunuhan sadis satu keluarga oleh sekawanan perampok yang amat sadis.

Sebagai keluarga baru, tak banyak warga mengenal korban perampokan dan pembunuhan ini sehingga pada masa itu Riri yang sempat lari dari ancaman para perampok itu pada akhirnya meninggal dunia setelah mendapatkan sabetan pedang tepat dilehernya. Riri meninggal dengan memegang boneka Shi hadiah dari kedua orang tuanya dimalam ulang tahunnya yang sekaligus menjadi akhir dari kisah hidup keluarganya.



Tepatnya ada di desa Tri Tunggal Jaya Banjar Agung, sebagai keluarga baru yang memiliki satu anak usia remaja yang bernama Riri yang saat ini menduduki kelas 2 SMK. Keluarga yang sangat harmonis sekali. Saat ulang tahun Riri kurang dari sehari, kedua orang tua Riri memiliki rencana ingin memberikan hadiah spesial dari Negara Jepang yaitu sebuah boneka.

Diana "Yah, Besok malam anak kita Riri ulang tahun, Bunda ingin memberikan kejutan tepat tengah malam pergantian hari

Reno menjawab dengan nada lembut " Iya bunda, besok malam kita bangun dan berikan hadiah boneka dari Jepang ini untuk Riri ya, semoga saja anak kita senang menerimanya"

"Kita tidur lagi bunda" ajakan Reno kepada istrinya Diana

"Iya yah" sahut Diana sembari memeluk suaminya

Keesokan hari tepat jam 23:00 WIB. Reno dan Diana sudah terbangun dan menyiapkan kue ulang tahun beserta boneka dari Jepang itu. Wajar saja Reno dan Diana sangat menyayangi Riri karena Riri adalah anak satu-satunya dari buah pernikahan selama ini. Apalagi Riri adalah siswi yang cukup pandai disekolah, nilai-nilai rapornya selalu bagus.

Waktu tepat menunjukan pukul 23:58 WIB, Reno dan Diana bergegas menuju kamar Riri untuk memberikan kejutan itu.

"Pelan-pelan yah jangan sampe Riri terbangun duluan" kata Diana bisik-bisik kepada Reno. Sementara Reno menganggukan kepalanya.

Sesampainya dikamar Riri, Diana dengan naluri keibuanya langsung mencium kening Riri dengan penuh rasa kasih sayang dan dilanjutkan oleh ayahnya Reno yang mencium kening Riri. Saat Riri membuka kedua matanya Reno dan Diana memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Riri.

"Selamat ulang tahun sayang, semoga jadi anak yang pinter, baik, nurut sama orang tua, jadi anak ayah dan bunda satu-satunya yang sukses.... Aamiin" ucap Reno kepada Riri dengan penuh bahagia.

"Iya ayah bunda terimakasih untuk doanya, Riri sayang ayah bunda" sahut Riri kepada kedua orang tuanya.

"Riri sayang, bunda dan ayah ingin kasih sesuatu, tutup mata ya nak" ucap Diana

"Apa itu bunda?" jawab Riri dengan penuh tanda tanya dan bahagia, karena dia tahu pasti itu hadiah ulang tahunnya

"Tutup saja dulu mata Riri" Sahut Diana

"Nah ini dia hadiahnya, buka mata Riri" ucap Diana dengan penuh senyuman bahagia

"Waaaah bagus bunda ayah boneka ini, Riri suka boneka ini bunda" jawab Riri dengan riang gembira sekali mendapatkan boneka itu

Reno menjawab "Ini ayah pesan dari Jepang nak, khusus untuk hadiah ulang tahun Riri"

"Terimakasih ayah bunda" jawab Riri sambil memeluk bunda Diana, sementara ayah Reno mengusap kepala Riri dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan.

"Oya ayah bunda boneka ini mau Riri kasih nama Shi ya?" ucap Riri kepada orang tuanya

"She? artinya perempuan bukan?" tanya Diana

"Bukan bunda, Shi itu es ha i artinya misteri, kan bonekanya serem bunda, Riri kan suka dengan film horror hehehe" jawab Riri dari pertanyaan bunda Diana

"Ah anak bunda ini ada-ada saja, sukanya sama yang horror" sahut bunda Diana

"Ya sudah kita tidur lagi, Riri tidur lagi ya!" sahut ayah Reno mengajak tidur istri dan menyuruh Riri tidur kembali.

Saat mereka tertidur pulas, tak sedikitpun mereka sadar ada yang mencurigakan sedang mengintai rumah mereka dari belakang, sekawanan perampok yang berjumlah 3 orang lengkap dengan senjata api dan senjata tajam masuk kedalam rumahnya. Begitu para perampok itu masuk dan langsung menuju kamar Reno dan Diana sontak membuat keduanya kaget dan terbangun serta berteriak histeris.

"Diam !" bentak salah seorang dari perampok itu dengan menodongkan pistol.

Diana tetap saja teriak dan meminta tolong sembari menangis ketakutan, sementara Reno hanya bisa diam memeluk istrinya berharap memberikan ketenangan kepada istrinya agar tidak terjadi apa-apa kepada mereka semua.

"Cepat serahkan kepada kami harta kalian. Cepat!" perintah perampok itu

Namun saat Reno mengambil perhiasan dan uang yang ada di brangkas, tiba-tiba Diana lari maksud dia hendak kekamar Riri, tapi naas hal itu justru membuat perampok itu pada akhirnya menembak Diana dan Reno,

Dengan keributan yang ada, ternyata Riri sudah terbangun dan berada didepan pintu dan menyaksikan kedua orang tuanya bersimbah darah.

"Ayah bunda !" teriak Riri

Para perampok yang sedang mengambil uang dan perhiasan lalu mengarah kepada Riri, dan Riri tanpa berfikir panjang berlari keluar rumah lewat pintu belakang yang dicongkel olah kawanan perampok itu, Riri berlari dengan rasa takut dan sedih yang luar biasa, melihat kedua orang tuanya ditembak.

"Cepat kejar gadis itu, habisi dia!" perintah salah satu perampok

Saat jarak lari Riri dari rumahnya sekitar 100 meter, Riri dihabisi dengan sangat kejam, Riri mendapatkan sabetan pedang di leher belakangnya serta satu sabetan di kepala bagian depan. Pada akhirnya Riri meninggal dengan sangat tragis, boneka Shi ditanganya turut berlumur darah.

Salah seorang warga yang sedang berjaga memergoki kejadian itu dan kemudian mereka melarikan diri, warga berdatangan dan menelpon polisi untuk mengurus kejadian ini. Sementara jenazah ketiganya dibawa kerumah sakit untuk dilakukan otopsi.

Setahun kemudian...............

Sudah satu tahun kejadian itu, rumah Reno dan Diana tidak ada yang menempati, hanya ada seorang penjaga kebun yang biasanya melihat-lihat rumah itu dan membersihkan halaman yang penuh dengan rumput liar. Bang Mamat lah yang selama satu tahun merawat rumah itu sejak meninggalnya majikan mereka.

"Bang Mamat" sapa Bapak Kepala Desa kepada Mamat yang sedang membersihkan halam depan

"Iya Pak Lurah" sahut Mamat

"Begini, ini ada adik-adik mahasiswa hendak menyewa rumah ini, ya mungkin sekitar 1 atau 2 bulan, karena mereka sedang ada kegiatan KKN dari kampusnya" ucap Pak Lurah

"Oh Iya tidak apa-apa Pak Lurah, Lagipula keluarga pak Reno dulu berpesan jika ada yang mau sewa atau beli diperbolehkan karena memang tidak ada yang menempati" jawab bang Mamat

Sementara itu para mahasiswa itu pun bergegas menuju rumah itu diantarkan oleh bang Mamat, sembari merapihkan tempat.

"Rumah ini sudah lama ya bang tidak ditempati?" tanya seorang mahasiswa perempuan

"Iya betul mbak" jawab bang Mamat

"Bang Mamat sudah lama tinggal dan merawat rumah ini?" terus mahasiswa perempuan yang bernama Ambar

"Iya mba, saya dipercaya keluarga untuk merawat rumah ini sejak setahun yang lalu. Maklumlah mereka orang berada, jadi rumah ini tidak mereka tempati, karena memang mereka sudah ada rumah masing-masing" jawab bang Mamat

"Lalu siapa orang petama yang memiliki rumah ini, kemana mereka?" tanya teman Ambar

Bang Mamat hanya diam tidak menjawab atas pertanyaan teman Ambar. Dan tak terasa waktu sudah hampir maghrib mereka membersihkan tempat. Saat hendak pulang bang Mamat berbisik kepada Ambar; "Mbak kalau menemukan boneka, sebaiknya jangan diambil, atau dibuang saja, atau mungkin bisa dibakar saja"

"Kenapa bang?" tanya Ambar dengan penuh tanda tanya, merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dengan ucapan bang Mamat.

"Tidak ada apa-apa mbak. Oya saya pulang dulu sudah hampir malam mba" ucap bang Mamat

Pada akhirnya mereka bermalam dirumah itu, Ambar bersama Sinta sementara Bayu tidur bersama Rian. Mereka melewati malam dengan tidur pulas tanpa adanya suatu gangguan, rasa bertanya-tanya Ambar tentang pesan bang Mamat pun tak terhiraukan karena terkalahkan oleh beratnya rasa kantuk.

Hingga saat fajar tiba, mereka terbangun dengan rasa puas tidur semalam, pagi hari mereka menyibukan diri masing-masing. Bayu sedang asyik nonton TV, sementara Rian masih asyik BBM dengan pacarnya. Sedangkan Sinta sedang memasak mie instan dan Ambar jalan-jalan dilungkungan sekitar rumah.

Saat sedang berjalan-jalan, Ambar melihat sebuah boneka dibawah pepohonan, Ambar berhenti sejenak memandang boneka itu dan berfikir apakah ini yang dimaksud bang Mamat bila menemukan boneka sebaiknya diabaikan saja. Namun karatkter Ambar yang tidak percaya akan hal-hal mistis dan cenderung senang dengan film horror mengambil boneka itu.

"Bawa apaan lo Ambar" tanya Sinta kepada Ambar melihat boneka yang dibawa Ambar

"Emmm ini nemu di pinggir jalan sana" jawab Ambar

"Gila, itu boneka serem amat. Horror Lo!" celoteh Sinta kepada Ambar sementara Bayu dan Rian tak menghiraukan hal itu karena sedang asyik dengan kegiatan masing-masing.

Ambar kemudian bergegas menuju kamar mandi dan mencuci boneka itu, namun saat telah selesai mencuci boneka itu, ada hal aneh, serasa ada yang hadir dibelakang Ambar. Saat ditengok tak ada siapapun dibelakang Ambar. Ambar mulai merasa merinding sepertinya hal mistis mulai terjadi, namun ia menepiskan semua itu mengingat karakter Ambar yang memang tak percaya akan hal mistis.

Waktu sudah menunjukan pukul 9:00 WIB mereka masing-masing pergi mencari keperluan. Sementara itu Ambar meneruskan jalan keliling lingkungan sekitar melihat-lihat pemandangan. Ambar menjumpai banyak warga yang melakukan kegiatan harian mereka, ada yang berkebun, ada yang lalu lalang pergi kepada dan selayaknya masyarakat pada umumnya.

Saat sedang jalan-jalan tiba-tiba saja Ambar kaget karena melihat seorang gadis muda berbaju putih yang sedang berdiri didekat pohon dimana Ambar menemukan boneka itu. Ambar hanya memandangi gadis itu sembari bertanya-tanya dalam hati siapakah gadis yang perilakunya nampak aneh, wajahnya sejenak terlihat sendu, penuh dengan kesedihan. 

"Au !" jerit Ambar karena kaget saat bang Mamat menepuk pundak Ambar

"Ah bang Mamat ini bikin saya kaget saja!" terus Ambar menegur bang Mamat yang secara tiba-tiba datang mendekati Ambar.

"Sedang apa mbak, apa yang mbak lihat?" tanya bang Mamat kepada Ambar

"Tidak bang, tidak ada apa-apa kok" jawab Ambar

Ambar sedikit heran karena setelah ditepuk pundak Ambar, tiba-tiba gadis itu menghilang. Dan ambar segera kembali kerumah untuk beristirahat. Namun rasa bertanya-tanya Ambar tetap saja ada dalam benaknya, Ia merasa ada kaitanya antara boneka dan gadis itu, karena memang Ia melihat boneka dan gadis itu pada tempat yang sama. Dan sampai akhirnya Ambar tertidur pulas bersama boneka yang Ia temukan yang berada disampingnya.

Saat terbangun, tiba-tiba dari atas gadis yang Ia lihat jatuh menimpa badan Ambar sampai ambar tak sadarkan diri. Dan ternyata sosok gadis itu merasuki tubuh Ambar, Ambar menjerit-jeri layaknya orang yang sedang kerasukan setan.

Sinta, Bayu dan Rian sontak lari menghampiri Ambar dan melihat Ambar dengan perilaku yang aneh, wajahnya berubah pucat, rambut acak-acakan dan suaranya yang mengeram aneh. Bayu, Rian dan Sinta panik sampai akhirnya memanggil bang Mamat untuk mengatasi masalah itu. Pada Saat datangnya bang Mamat dan membacakan ayat suci akhirnya arwah yang merasuki tubuh Ambar keluar dan membuat tubuh Ambar lemas tak berdaya.

Dengan Kejadian itu Sinta, Bayu dan Rian mulai panik dan khawatir. Ada rasa takut yang mulai menghampiri mereka, mereka takut kejadian yang sama akan terulang kembali kepada Ambar, sementara Ambar sendiri bingung setelah mendengarkan cerita kawan-kawan. Dia seolah-olah tak percaya akan kejadian yang menimpa dirinya.

"Ya sudahlah, yuk kita tidur saja, ini sudah larut malam, besok kita siap-siap rencana kegiatan kita" tutur Ambar kepada rekan-rekan

Dan tepat jam 24:00 WIB Sinta tidak bisa tidur memikirkan kejadian siang tadi. Karena tak jua bisa tidur, Sinta mengambil handycam dan merekam sekitar kamar itu, Saat Sinta mengarahkan camera ke boneka yang ditemukan Ambar, tiba dibawahnya ada sesosok gadis yang nampak menyeramkan berjalan merangkak menuju Sinta dan Ambar. Hal itu sontak membuat Sinta berteriak histeris dan membuat Ambar terbangun.

"Ada apa Sinta? Lo kenapa?" tanya Ambar kepada Sinta

"Gue gak betah disini, sumpah!" Jawab Sinta

"Iya memang ada apa?" lanjut tanya Ambar kepada Sinta

"Gue lihat gadis dengan wajah seram, baju putih dan rambut acak-acakan dekat boneka itu" terus cerita Sinta

"Udah ah, itu hanya halusinasi Lo aja ah" jawab Ambar dengan nada santai sambil kembali tidur

Keesokan harinya setelah berbagai kegiatan mereka lakukan bersama masyarakat sekitar, mereka kembali kerumah untuk beristirahat. Mereka kembali menyusun agenda kegiatan selanjutnya dan sebagian lagi membuat rangkaian laporan kegiatan. Saat telah selesai mereka melanjutkan dengan perbincangan seputar kegiatan. Tapi Sinta dengan kejadian aneh semalam bercerita kepada Bayu dan Rian.

"Semalem gue mengalami kejadian aneh" cerita Sinta

"Dirumah ini sepertinya ada yang aneh, gue mulai merasa gak betah" terus cerita Sinta

"Udah deh jangan mulai lagi!" sahut Ambar

"Iya, mana ada hantu didesa ramai begini, lagipula hantu pasti takut sama manusia" sahut Bayu dengan nada sedikit sombong

"Yakin Lo berani sama setan ?" tanya Rian kepada Bayu

Namun semua terdiam tidak ada sepatah katapun terucap. Karena tiba-tiba ada angin kencang dan hujan mulai turun dengan sangat deras. Rian langsung saja lari kekamar tidur, Sinta dan Ambar pun bergegas masuk kamar, sementara Bayu tetap berada diruang tamu sendiri sambil ngemil.

Tiba-tiba saja jendela rumah terbuka, angin kencang masuk kedalam rumah, Bayu dengan sedikit rasa takut dan was-was menutup pintu.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !" teriak Bayu

Rian, Sinta dan Ambar kaget dan terdiam karena tiba-tiba suara Bayu tidak terdengar lagi. Mereka keluar memanggil-manggil Bayu, dan naas sekali ternyata mereka melihat Bayu terkabar bersimbah darah dengan sebuah besi menancap dilehernya.

"Aaaaaaaa Bayu kenapa?" Teriak Sinta sambil memeluk Ambar dan Rian pun terkulai lemas melihat keadaan Bayu. Sementara Ambar melihat bayangan seorang gadis membawa boneka yang Ambar temukan.

"Darrrrrrr !" tiba-tiba pintu terbuka dan ada sesosok manusia yang tubuhnya tertutup kain hitam dengan penutup wajah. Sosok itu membawa senjata tajam berupa pedang. Melihat hal itu Sinta, Ambar dan Rian berlari. Namun hal buruk terjadi kepada Rian karena Ia terjatuh dan sosok bersenjatakan pedang itu menghempaskan pedangnya tepat dileher Rian.

Sementara Sinta dan Ambar lari keluar rumah dalam keadaan hujan deras. Sinta dan Ambar akhirnya terpisah dan Ambar yang menjadi sasaran dari sosok bersenjata itu dan terus mengejar Ambar, sampai pada akhirnya Sinta berlari dan terjatuh tepat dibawah pohon dimana Ia menemukan boneka dan melihat sosok gadis muda itu. 

Dengan penuh rasa panik Ambar melihat sosok bayangan gadis itu, sementara sosok yang membawa pedang itu terus mendekati Ambar. Saat sosok bersenjata itu hendak menghujamkan pedangnya, seketika itu Ambar melihat potongan bambu yang runcing dan mengarahkan bambu itu tepat diperut sosok bersenjata yang telah membunuh kedua rekannya itu.

Sinta yang ikut selamat dari ancaman itupun berlari menghampiri Ambar dan mengajak Ambar mencari pertolongan. Dan pada akhirnya mereka mendapat pertolongan dari warga yang berduyun-duyun menyambangi tempat kejadian itu.

"Mbak, kami minta maaf atas kejadian ini, karena memang ini diluar sepengetahuan kami" ucap Pak Lurah kepada Ambar dan Sinta

"Sebenarnya kejadian ini pernah terjadi 6 bulan yang lalu, sesosok lelaki berjubah dan bersenjata tajam itulah pelakunya. Konon lelaki itu mengalami gangguan mental dan senang terhadap hal-hal mistis" lanjut tutur Pak Lurah

"Lalu apa hubungannya dengan boneka dan sosok gadis itu?" tanya Ambar kepada Pak Lurah

"Boneka dan Sosok gadis itu adalah Riri dan bonekanya yang sebenarnya memberikan tanda adanya bahaya, itu sebab boneka itu diberi nama Shi yang artinya misteri, bang Mamat pernah berpesan agar mengabaikan kalau bertemu boneka itu, karena jika diambil maka suatu hal buruk akan terjadi" sahut bang Mamat meneruskan memberikan penjelasan kepada Sinta dan Ambar

Dan pada akhirnya semua berlalu, Rian dan Bayu menjadi korban dari kekejaman sosok lelaki yang misterius dan dianggap sudah tidak ada lagi mengingat kejadian itu terjadi 6 bulan lalu. Namun dengan kejadian ini menjadikan cerita dari kekejaman sosok lelaki dan misteri Riri dan Shi menjadi berakhir. Sinta dan Ambar pun kembali kedaerah asalnya. Dan desa itu kini menjadi aman dan tentram.


<< Sekian >>




Pengarang : Slamet Supriadi 27 Februari 2015